PEP Sukowati - Program Prabu Kresna
Desa Rahayu, Kec. Soko, Kab. Tuban
Program ini mengembangkan sistem swasembada pupuk melalui pengelolaan sistem Rumah Kompos (Rumpos) berbasis kelompok dengan sistem pola transaksi barter komoditas bahan limbah organik (kotoran ternak, hijauan, hama keong, dll) dengan produk pupuk kompos siap pakai. Melalui pengembangan sistem Rumah Kompos dan pengembangan akses irigasi berbasis BUMDes, sistem pertanian sawah padi di Desa Rahayu dari yang semula konvensional dengan sistem tadah hujan dan pemakaian pupuk dan pestisida kimia, kini bergeser menuju penerapan sistem pertanian yang lebih sehat dan berkelanjutan yaitu penerapan sistem pertanian organik dengan sistem irigasi berbasis kelembagaan dan metode penanaman System of Rice Intensification (SRI).
Selain pemanfaatan limbah organik, program ini juga mengembangkan pemanfaatan sulfur yang diolah menjadi bahan bangun material pembuatan rumah kompos. Pemanfaatan sulfur ini menjadi salah satu upaya pengurangan timbunan sulfur sebagai solusi pencegahan permasalahan lingkungan bagi masyarakat. Penerapan program ini sebagai bentuk upaya perbaikan tanah lahan pertanian serta perbaikan rantai ekosistem pada lahan pertanian.
Sustainability Compass
1. Dampak Lingkungan/Nature (N)
- Pemanfaatan limbah ternak (kotoran hewan) rata-rata 5.000 Kg/Bulan sebagai bahan utama pembuatan pupuk kompos.
- Pengurangan 400 Kg pupuk kimia/Ha/musim tanam yang mampu meminimalisasi potensi terjadinya residu pada lahan pertanian seluas 1 Ha.
- Penggunaan pupuk organik 5-6 ton/Ha pada lahan pertanian, menghasilkan C-Organik sebesar 2,24 %, Poshpor 96,80 ppm P2O5 dan unsur Nitrogen sebesar 0,11%.
- Penghematan penggunaan air irigasi melalui penerapan sistem pertanian metode SRI sebanyak 4.800 m3 (efisiensi 40%) dibandingkan metode tanam konvensional.
- Peningkatan produksi beras 2 kali lipat (semula 3-4 Ton kini menjadi 7 Ton/Ha).
2.Dampak Ekonomi/Economic (E)
- Peningkatan pendapatan petani gurem rata-rata sebesar Rp5.396.922/musim tanam pada tahun 2023.
- Peningkatan pendapatan petani pemilik lahan rata-rata Rp 22.000.000/Ha/musim tanam pada tahun 2023.
- Peningkatan pendapatan buruh tani rata-rata 8.800.000/Ha/musim tanam pada tahun 2023.
- Penghematan biaya produksi pertanian Rp2.317.688/Ha setiap musim tanam.
- Peningkatan periode tanam padi hingga 3 kali setiap tahunnya dari semula hanya 1 kali musim tanam/Tahun.
- Penambahan pendapatan BUMDes dari usaha penyediaan air bersih mencapai Rp 126.000.000/Tahun.
3. Dampak Sosial/Social (S)
- Reaktivasi kelembagaan BUMDes Rahayu Jaya Sentosa.
- 980 Keluarga mendapatkan akses air bersih dengan mudah melalui program.
- 48 petani (27 Ha lahan pertanian sawah) mendapat akses irigasi dengan mudah.
- 38 petani tergabung dalam kelompok pertanian organik.
- Terbentuknya 3 kelompok kerja pertanian organik sebagai sentra belajar pertanian organik.
- Terjadinya peningkatan kohesivitas sosial dan rekonsiliasi konflik antar 2 dusun (Dusun Nggandu dan Dusun Kayunan).
4. Dampak Kesejahteraan/Well-being (W)
- Meningkatkan kualitas air konsumsi rumah tangga masyarakat Desa Rahayu yang semula mengakses air dari Sungai Bengawan Solo yang tercemar limbah BOD sekitar 13 - 22,6 mg/L (nilai tersebut melebihi baku mutu air bersih) kini mengonsumsi air bersih yang kualitasnya berada standar baku mutu air bersih (Tahun 2023: variabel pH 8,15 (Netral), Fe 0,25 (di bawah ambang batas), Escherichia Coli 0, mangan (Mn) 0,03 (di bawah ambang batas).
- 3,36 (sangat baik) Indeks Kepuasan Masyarakat program pertanian organik.
- 2,06 Nilai SRoI program inovasi sosial.
- Tumbuhnya kesadaran masyarakat terkait sistem kehidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) dan budaya berkelanjutan (sustainable culture) dengan hidup berbasis pada potensi lokal dan penerapan prinsip zero waste melalui pengelolaan dan pemanfaatan limbah serta penerapan efisiensi sumber daya.